:

GAGAS RI - Eps. 2 Teknologi, Peradaban, dan Kemanusiaan

2 tahun lalu

Ilmu dan teknologi sudah sejak awal peradaban menempati kedudukan terhormat dalam masyarakat. Bahkan dalam sejumlah mitologi, keduanya dipercaya sebagai pemberian dewa-dewi. Demikian pula dengan peradaban dan kebudayaan. Sampai abad ke-18 para pemikir masih memaknai kata kebudayaan dan peradaban secara bergantian. Kebudayaan meliputi proses belajar dan pengejawantahan nilai-nilai intelektual, spiritual, etis, estetis untuk membentuk manusia melalui seni, sastra, filsafat, agama, dan ilmu. Sedangkan Peradaban menandai proses dan hasil belajar tersebut.

Lalu ditengah ilmu, teknologi, kebudayaan dan peradaban, muncul ide tentang kemanusiaan, yang diartikan sebagai laku, sikap, janji, dan nantinya paham. Ide kemanusiaan ini, sudah ada sejak zaman klasik, baik di Barat maupun Timur. Confucius , Sidharta Buddha Gautama, Socrates dan Plato terlibat dengan pertanyaan serta ajaran tentang kemanusiaan. Begitu pula para pemikir besar Romawi, Islam dan Kristiani sejak abad Pertengahan awal.

Ilmu , teknologi , seni-budaya , dan agama adalah pilar-pilar yang selama puluhan abad telah membangun peradaban. Bidang-bidang itu memenuhi kebutuhan manusia yang berbeda-beda, dan hanya interaksi lentur keempatnya yang dapat menghidupkan denyut perikemanusiaan.

Ilmu dan teknologi telah menjadi pilar utama peradaban modern, meski dibanyak aspek teknologi tidak cukup untuk menopang kemanusiaan kita.

Lalu sudah bijakkah kita untuk menggunakan logika kehidupan berazas teknologi? Bagaimana dengan laku manusia di tengah pesatnya perkembangan teknologi?

Ini adalah gagasan yang disampaikan oleh seorang filsuf dan astronom perempuan pertama Indonesia, Karlina Supelli, dalam program Gagas RI - Episode 2.

Hadir pula dua panelis, Fathul Wahid, Rektor Universitas Islam Indonesia dan Dr. Ir. Lukas, Ketua Indonesia Artificial Intelligence Society yang akan bertukar perspektif dalam sesi diskusi, dipandu oleh moderator Sukidi, Pemikir Kebhinekaan.

Berikan Komentar
Laporkan komentar

Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Batal edit?

Setelah dihapus, kamu tidak bisa membatalkan

Hapus Komentar

Setelah dihapus, kamu tidak bisa membatalkan

Oke
Sarapan di Ketinggian 230 Meter, Seperti Apa Rasanya?
Oke