JAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam program ROSI, Denny Sumargo menegaskan bahwa keberaniannya berbicara bukan bentuk perlawanan, melainkan panggilan hati untuk menyampaikan edukasi kepada masyarakat dengan cara yang lebih mudah diterima.
Densu mengaku tidak pernah merasa berada “di tepi jurang”, meski kerap membahas isu-isu kritis, termasuk bencana di Sumatera, tanpa mendapat komunikasi langsung dari pihak pemerintahan.
Ia juga menegaskan tidak takut kehilangan pendukung akibat sikap kritis yang ia ambil. Menurutnya, ketulusan menjadi fondasi utama dalam bersuara di ruang publik.
Denny menjelaskan ketertarikannya pada politik bukan semata pada praktik kekuasaan, melainkan pada seluruh aspek kehidupan yang memengaruhi masyarakat. Dari ketertarikan itu, muncul dorongan untuk ikut membantu dan menyuarakan persoalan publik melalui platform yang ia miliki.
“Kadang hati saya terpanggil untuk membantu dan menyuarakan lewat platform saya,” katanya.
Dalam mengangkat isu berat seperti bencana, Denny menilai kemasan pesan menjadi kunci.
Denny menyoroti tantangan konten edukatif di era digital. Menurutnya, publik seringkali mengaku membutuhkan konten edukasi, namun pada praktiknya lebih memilih hiburan ringan.
Meski demikian, Denny menegaskan bahwa tujuan utamanya bukan mengejar jumlah pengikut. Ia meyakini, pengaruh yang kuat justru lahir secara organik dari konten yang memiliki nilai kehidupan.
Ia pun optimistis, konten berbasis cerita dan nilai kemanusiaan akan tetap relevan dalam jangka panjang.
Selengkapnya saksikan di sini: https://youtu.be/NOUUlpA1Brc
#dennysumargo #natal #politik
Artikel ini bisa dilihat di :
https://www.kompas.tv/talkshow/639783/denny-sumargo-kritis-bahas-isu-politik-berani-main-di-tepi-jurang-rosi