Di bagian ceramah ini, ustaz menjawab pertanyaan yang sering muncul di benak banyak orang: “Kalau salat, mulut baca surat tapi pikiran ke mana-mana terutama mikirin hutang. Apakah salatnya tetap sah?”
Dengan penjelasan yang tenang namun mendalam, ustaz menyampaikan bahwa secara fikih, salat tetap sah selama syarat dan rukunnya terpenuhi.
Namun ada kerugian besar yang tidak terlihat: kita kehilangan banyak kebaikan, kehilangan kesempatan, dan kehilangan “nilai” dari salat itu sendiri.
Sebab salat seharusnya menjadi momentum mengajukan proposal kepada Allah proposal untuk kebutuhan hidup, harapan, doa, dan ampunan.
Lalu bagaimana caranya agar salat bisa lebih khusyuk? Ustaz mengajak jamaah untuk memulainya dari hal yang paling awal: memperbaiki wudhu.
Wudhu yang dilakukan dengan pelan, tenang, dan penuh kesadaran. Rasakan setiap air yang mengalir, seolah menggugurkan dosa-dosa kecil dan membersihkan energi negatif dalam diri.
Ketika membasuh tangan, kita diingatkan untuk menyadari bahwa tangan ini mungkin pernah menyakiti orang lain. Saat berkumur, sadari bahwa mulut ini bisa saja pernah menggunjing, iri, atau menyakiti seseorang.
Semuanya menjadi momen refleksi yang membuat hati lebih lembut sebelum masuk ke salat.
Maka sebelum mengangkat tangan untuk takbir, ustaz mengajak jamaah berkata dalam hati: “Ya Allah, aku pasrahkan seluruh urusanku kepada-Mu.”
Sebuah kalimat sederhana namun mampu menghadirkan ketenangan, fokus, dan kedekatan dengan Allah.
Bagian ceramah ini menjadi pengingat yang lembut sekaligus sangat praktis: kekhusyukan bukan datang begitu saja, tetapi dilatih dimulai dari wudhu yang benar, hati yang disiapkan, dan kesadaran bahwa salat adalah pertemuan paling penting dalam hidup.
Sahabat Kompas TV,
saksikan video lengkapnya hanya di channel youtube Kalam Hati,
setiap hari Minggu jam 13.00 WIB.
Jangan lupa Like, Comment, and share.
Serta follow akun Instagram kita di: @dikalamhati
Artikel ini bisa dilihat di :
https://www.kompas.tv/kalam-hati/636718/kenapa-saat-shalat-gak-fokus-ini-sebabnya-kalam-hati