Ceramah ini mengajak para pemirsa untuk melihat realita rumah tangga dengan cara yang jujur, lucu, namun penuh nasihat.
Ustaz membuka dengan gambaran tentang bagaimana hidup berumah tangga bukanlah seperti “rumah Barbie” yang selalu terlihat indah dari sisi mana pun. Rumah tangga nyata penuh kesedihan, kebahagiaan, kelelahan, dan ujian yang datang silih berganti.
Dari awal yang penuh cinta bergandengan tangan sambil berkata “aku tak bisa hidup tanpamu” pelan-pelan bisa berubah menjadi hubungan yang penuh syarat dan tuntutan.
Di tengah pembahasan, ustaz kembali mengingatkan bahaya Jin Dasim, jin yang bertugas memecah belah rumah tangga.
Namun setelah itu, fokus ceramah mengalir pada bagaimana pasangan harus tetap menjaga cinta agar tidak layu. Romantis, kerjasama, dan saling menguatkan seperti baut dan mur adalah pondasi kuat dalam keluarga.
Sebab hubungan suami istri itu tidak selalu kencang; kadang longgar, kadang melemah, tapi bisa selalu dikencangkan kembali kalau keduanya mau berusaha.
Ceramah kemudian memasuki bagian yang sangat realistis dan dekat dengan kehidupan banyak keluarga: masalah finansial.
Dengan gaya bercanda, ustaz berkata, “Lebih baik mana: suami jarang pulang tapi TF jalan, daripada pulang tiap hari bilang 'no money'?”
Candaan itu mengundang tawa, tapi menyentuh hati, karena memang banyak rumah tangga goyah bukan karena hilangnya cinta, tapi beratnya tekanan ekonomi.
Ustaz menjelaskan bahwa cinta itu modal utama, tetapi takwa adalah penjaganya, dan rezeki adalah penunjangnya. Ketika ekonomi seret, senyum pun bisa berubah dari senyum manis seperti angka 15 ke bawah, hingga senyum getir seperti 16 ke atas.
Namun ustaz mengingatkan bahwa tidak semua hal harus bersyarat uang. Yang penting adalah mengelola rezeki dengan baik, saling memahami, dan tetap kompak menghadapi keadaan.
Beliau kemudian membahas tentang kesiapan mental dalam menjalani rumah tangga.
Hidup berumah tangga diibaratkan seperti menaiki tangga: tangga pertama masih kuat, tangga berikutnya mulai ngos-ngosan, sampai akhirnya ada titik lelah dan ingin berhenti.
Di situlah pentingnya “duduk sebentar” berhenti sejenak untuk merenung, menenangkan hati, dan mendekat kepada Allah. Setelah itu, barulah melanjutkan perjalanan lagi dengan kepala yang lebih jernih dan tujuan yang lebih jelas.
Ceramah ini ditutup dengan pertanyaan reflektif: Hubungan ini mau dibawa ke mana? Pertanyaan yang sederhana, tetapi sangat dalam bagi siapa pun yang sedang memperjuangkan rumah tangganya.
Melalui humor yang segar, nasihat lembut, dan contoh nyata, ceramah ini memberikan sudut pandang baru tentang cinta, kesabaran, ekonomi, hingga cara menguatkan hubungan agar tetap kokoh di tengah segala ujian.
Sebuah pengingat bahwa rumah tangga bukan tentang siapa yang paling benar, tetapi siapa yang paling mau bertahan dan memperbaiki.
Sahabat Kompas TV,
saksikan video lengkapnya hanya di channel youtube Kalam Hati,
setiap hari Minggu jam 13.00 WIB.
Jangan lupa Like, Comment, and share.
Serta follow akun Instagram kita di: @dikalamhati
Artikel ini bisa dilihat di :
https://www.kompas.tv/kalam-hati/635392/cara-menjaga-rumah-tangga-dari-jin-dasim-kalam-hati