PALESTINA, KOMPAS.TV - Di Gaza, Palestina, musim dingin bukan hanya membawa hujan, tetapi juga kekhawatiran bagi ribuan keluarga yang hidup di bawah terpal dan puing-puing.
Saat musim dingin tiba di Gaza dan hujan mulai sering turun, keluarga-keluarga pengungsi berjuang menjaga tempat tinggal darurat mereka agar tidak roboh. Di Kota Gaza, langit mendung ketika Abdel Rahim Halawa, seorang ayah tujuh anak, mengencangkan terpal di atas bangunan darurat kecilnya yang terbentuk dari potongan kayu, selimut, dan plastik usang.
Sebagian warga berlindung di sisa-sisa bangunan yang hancur. Satu keluarga tinggal di bagian bangunan beton yang berdiri pada satu pilar miring dengan sisi terbuka ditutup selembar terpal.
Di dalam ruang sempit itu, 5 anggota keluarga dari Jabaliya mencoba bertahan sambil memeluk harapan bahwa suatu hari harga diri mereka pulih kembali dan rumah yang hilang dapat dibangun lagi.
Serangan udara telah meratakan seluruh lingkungan, menjadikan jalan-jalan tidak lagi dikenali, dan pasar-pasar yang dulu ramai berubah menjadi tumpukan logam dan beton.
Badan Pembangunan PBB memperkirakan volume puing di Gaza setara dengan bahan untuk membangun 13 piramida besar di Giza, Mesir. Estimasi terbaru dari PBB, Uni Eropa, dan Bank Dunia menempatkan kebutuhan pemulihan Gaza pada angka sekitar 70 miliar dolar Amerika Serikat, atau sekitar Rp1.169 triliun.
#gaza #musimdingin #pbb
Artikel ini bisa dilihat di :
https://www.kompas.tv/internasional/631357/di-tengah-hujan-angin-dingin-ribuan-warga-gaza-bertahan-dalam-hunian-darurat