JAKARTA, KOMPAS.TV - Terkait efektivitas kereta cepat Jakarta-Bandung, Peneliti Demografi/Ketua DPP PSI Dedek Prayudi mengatakan rata-rata penumpang Whoosh kereta cepat Jakarta-Bandung pada tahun 2024 mencapai 14.000 penumpang per hari. Per hari ini, mencapai 15.000 penumpang. Ia juga tidak sependapat apabila Whoosh disebut hanya untuk kalangan mampu. 
Sosiolog Perkotaan Nanyang Technical University Singapore, Prof. Sulfikar Amir mengatakan kereta cepat dibutuhkan di negara-negara dengan kondisi ekonomi dan geografis tertentu. Ia mencontohkan beberapa negara maju yang tidak memiliki kereta cepat, seperti Australia, New Zealand atau Sweden misalnya. 
Menurutnya, ketika mengembangkan kereta cepat, tentu ada benefit tetapi juga ada konsekuensinya. Dan kalaupun kita merencanakan sistem transportasi publik, maka bisa ditawarkan transportasi publik secara beragam.
“Tergantung segmentasi ekonomi, sosial ekonomi masyarakat. Ketika kita memaksakan satu pilihan teknologi untuk transportasi publik, di mana sebenarnya masyarakat kita belum cukup mampu secara umum, tentu Jakarta-Bandung tentu ada, tetapi secara umum itu belum tentu mampu, lalu kemudian biayanya terlalu mahal, ya buat apa? Kita bicara tentang keadilan,” katanya. 
“Tapi kan ini sudah disetujui oleh pemerintah bersama dengan DPR, artinya secara politik, secara hukum, ini sudah clear?,” tanya Frisca Clarissa. 
“Justru persetujuan itu yang harus dipertanyakan. Keputusan itu yang harus dilihat di-review lagi, dikaji lagi, karena itu adalah keputusan yang membebani tidak hanya pemerintah Pak Prabowo, tapi juga masyarakat,” pungkasnya. 
Bagaimana menurut Anda?
Selengkapnya saksikan di sini: https://youtu.be/hPu6mnTVkkg?si=L5lpYVNxaAoVCIE6 
 
#whoosh #keretacepat #jokowi
Artikel ini bisa dilihat di :  
https://www.kompas.tv/talkshow/626855/efektivitas-whoosh-bagi-masyarakat-perlukah-dikaji-ulang-rosi