KOMPAS.TV - Beban utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh kini menjadi beban berat bagi pihak yang menanggung utang. Dirut PT KAI, Bobby Rasyidin, bahkan menyebut masalah utang PT KCIC selaku pengelola operasional Whoosh sebagai “bom waktu.”
Bola panas utang proyek Whoosh pun kembali bergulir usai Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, mengajukan dua skema penyelesaian utang proyek Kereta Cepat Whoosh.
Dua skema itu di antaranya dengan menyuntikkan dana kepada PT KAI atau menyerahkan infrastruktur Kereta Cepat kepada pemerintah. Artinya, PT KCIC sebagai pengelola operasional akan mengubah model bisnisnya menjadi operator tanpa kepemilikan infrastruktur.
Namun Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menolak skema yang disodorkan Danantara. Menurut Purbaya, Danantara sebagai pengelola badan investasi BUMN semestinya bisa mengatasi masalahnya sendiri, termasuk utang. Terlebih, Danantara mengantongi Rp80 triliun dari dividen dalam setahun.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh merupakan proyek strategis nasional yang digarap sejak 2016 dan resmi beroperasi pada Oktober 2023.
Nilai investasi proyek jumbo ini mencapai 7,27 miliar dolar Amerika atau setara Rp118,37 triliun. Dari total investasi tersebut, sekitar 75 persen dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank.
Pada 2024, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) mencatat kerugian sekitar Rp4,2 triliun dan hingga saat ini masih terus berlanjut.
#bumn #danantara #utangwhoosh
Artikel ini bisa dilihat di :
https://www.kompas.tv/nasional/623256/menkeu-purbaya-tolak-bayar-utang-proyek-whoosh-jokowi-danantara-tawarkan-2-skema-solusi-ini